Johnny Utama

SEBUAH JALAN, TIADA YANG MENEMPUHNYA

Ada dua jalan bercabang, di hutan berdaun kekuningan.
Ada perasaanku berkata, daku tak bisa tempuh keduanya.
Demikian sebagai pengembara, aku tercenung lama
Memandang dan memandang, amat jauh dan panjang,
Sampai jalan itu menyusup semak,
dan semak sayup disana.

Kutempuh jalan satunya, kupikir samalah baiknya
Mungkin, mungkin malah disini bagai ada panggilan
Terasa rumput menebal, tiada pejalan yang kenal
Jalan kecil ini, siapa tah yang lewat
Diatas rumputan sekedar jejak siapa yang menapak

Pagi harinya, bila daun sama berguguran
Sirna semua jejak tiada lagi yang bisa menampak
Wahai hari yang baru, bisakah kau kuseru
Jalan tanpa saujana, kaki langit jua diujung sana
Bila daku akan kembali, tiada daku bakal bertanya

Beginilah kusampaikan kisah, bila nafas sempat istirah
Suatu tempat waktunya berpuluh tahun yang lewat
Ada dua jalan bercabang, dihutan berdaun kekuningan
Ada perasaanku berkata, daku tak bisa tempuh keduanya
Demikian kuambil jalan, tiada yang menempuhnya
Ada perasaanku berkata, inilah awal segalanya bermula

The Road Not Taken
Oleh Robert Frost ( 1874-1963)

-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.

1 Sept maunya cukur rambut kata Marisa kakaknya, tiba2 sakit kepala, dipegang dgn kedua tangannya, meringis kesakitan, seperti tak tertahankan, dilarikan ke RS Boromeus, MRI, ternyata pembuluh darah pecah, dibanyak sisi, pengumpalan darah tdk bisa dikeluarkan, malah menambah tekanan, terjadi stroke, kelumpuhan, tak sadarkan diri, terus koma,

2 Sept 05.09 kala fajar, jiwa meninggalkan raganya, ditunggui Qodar istrinya dan Dika putrinya, Dion menghadap Sang Khalik.

10.00 diberangkatkan ke Gambung Ciwidewy, iringan tak terlampau panjang, hanya keluarga dan kerabat dekat

12.00 tiba di Gambung tanpa halangan. Ada gerimis sebentar, sepertinya alam berduka,
Dimandikan, dikafani, diusung ke mesjid, Inyoe dan Amke mengusung juga Jati Pranoto dan Arif , meliuk2 dikebun teh, dengan latar gunung nan biru, liang lahat telah digali, ditanah keluarga Qodar, disisi makam bapak mertuanya Pak Karta, jenasah diturunkan, doa dilantunkan, disitulah jasad Dion dikebumikan, ditengah kebun, dilingkari hutan, dirindangi gunung, ia kembali keharibaan bunda pertiwi.

Qodar berkata, seperti mimpi saja. Kemarin pagi Dion masih ada . . .

Begitu cepat begitu mendadak.

Teman2 Pandu Adi, pemakaman Muslim memang harus dilaksanakan pada hari yg sama.

2 dekade lebih pengabdian Dion di Gambung. Ia membantu mengembangkan CU di Gambung. Saat ini anggota CU Melania di Gambung ribuan orang.
Ia sempat meneliti dan budidaya cacing dan memanen Kas Cing sbg pupuk organik. Sesekali Dion riset dosis kencing keli nci utk enzim, jadi dia mengeluti ternak kelinci.

Dion n Dr Moel mengorganize pembuatan jalan swadaya di Gambung. Mengajukan Kredit kolektive orang desa kpd CU , lalu dicicil rame rame selama 2 tahun. Jalan itu membuka desa yg terisolasi, sehingga sayuran bisa diangkut sendiri ke pasar.

Pernah juga bawa 8 petani muda Gambung belajar pertanian organik di pastor Agato di Cipanas, Kini ke 8 pioneer tsb membentuk kelompok organik dan sukses

Orang desa mengangguk hormat, menyapanya dg santun. Dion adalah intelektual yg menterjemahkan literatur pada petani dalam aplikasi pertanian yg praktis. Belajar dg rendah hati dari petani.

Saat ini Sentra Pertanian Organik di daerah Ciwidey mulai disebut2 sbg sentra organik Jawa Barat.
Dion yg sepi dari pamrih hanya tersenyum. Petani2 asuhannya sukses, ia senang. Tiada ambisi, ia hanya menggulirkan pengetahuannya biasa2 saja. Knowledge sharing nya gratis.

Dion concern dg masalah air di Gambung. Ada air petani makmur. Sebab itu ia mengundang team TFC Yayasan Dian Tama melakukan TOT Tanki Ferro C3ment berkapasitas 20 M3. Tanki ini bisa mengairi 1 ha lahan pertanian selama musim kemarau, disaat petani lain tinggal dirumah krn tdk bisa menanam di musim kemarau. TFC itu masih ada dan berfungsi di Gambung.

Biarlah petani Gambung mengenangnya, menunggu sapaan nya, tegurannya. Jasad nya tiada lagi, tapi namanya tersimpan dalam lubuk hati mereka.
Pak Dionisos orang yg baik, santun dan ramah. Orang pintar tempat bertanya di rembuk desa.

Seorang B 19 yg berkarya hingga akhir hayatnya. Pada hari terakhirnya ia minta dipakaikan kaos launching buku sejarah : Jadilah Pandu Ibuku.
Ia bangga sbg Pandu.
Selamat Jalan Dion, SATYA mu telah kau BAKTI kan.
Keluarga Moeliono bangga padamu.
Kami teman2mu juga bangga padamu.

S T J .

 

Giok Ing- Bandung 6
Dion yang aku kenal… sangat pendiam.. ga banyak bicara… sederhana dan sepertinya berpihak pada orang kecil… waktu itu ada acara penyamaran.. mrk hrs pakai tanda silang yg hrs saya/kita kenali… hari itu dia “berdandan” seperti pemulung.. keranjang besar dipunggung…. baju compang camping… topi caping yg menutupi wajah nya (dia terkesan pemalu). Saya lupa ikutin dia dgn siapa saja… dia jalan menyusuri rel kereta lalu melewati jalan braga..agak aneh sih “pemulung” jalan2 di Braga…. aku lupa tahunnya da

 

Hilman Fachruddin

Pertama dan terahir ketemu Dion setelah puluhan tahun – Hilman Fachruddin

 

Rahmat Hanafi
Sosok ka’ Dion yang begitu peka untuk memberikan Bantuan Fikiran, Ilmu-Pengetahuan, Bimbingan dan Tenaganya kepada masyarakat Petani Gambung, dengan Tulus-ikhlas…
Entah sudah berapa banyak Masyarakat Gambung yang merasakan manfaatnya dalam Kehidupan Keluarga-mereka.

Suatu kebanggaan dan kehormatan yang besar bagi kita, karena Allah memberikan kesempatan sosok seorang Dion pernah ada di tengah2 kita…
Semoga Keindahan Pribadi Dion, dapat menjadi Pencerahan bagi kita semua…
Semoga Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, berkenan menerima semua Ibadah dan Amal-Kebaikan alm.Dion, dan Memberi ganjaran kebaikan yang berlipatganda kepadanya…
Dan kepada Keluarganya, Allah limpahkan pula ganjaran kebaikan yang membahagiakan…
Aamiin.

Mengenang almarhum Dionisos Danasatya Moeliono.

Khoirun naas ‘anfa’uhum lin naas.

SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH
YANG PALING BERMANFAAT
BAGI MANUSIA LAINNYA

Nabi Muhammad SAW.

————

The most worthwhile thing
is to try to put happiness
into the lives of others.

HAL YANG PALING BERMANFAAT
ADALAH MENCOBA UNTUK
MEMBERIKAN KEBAHAGIAAN
KEDALAM KEHIDUPAN ORANG LAIN

Lord Baden Powell.

 

Dian – Bandung 6
“Terima kasih Dion… pernah jadi teman perjalanan yang baik dan setia saat B6 -B19 bergabung dalam acara penyamaran dan perjalanan malam ketika angkatan saya (Karin, Gerardina cs) mau naik ke tingkat Penggalang Senior. Saat itu kaki saya bengkak karena terlindas beca ( ga keren amat ya) saat memimpin barisan dalam lomba baris antar kelas. Karena tidak bisa jalan, saya ditandu oleh Dion dan Inyo .. karena mereka saya bisa mengikuti acara secara penuh dan selamat sampai di tempat. Doa kami masih bersama jiwamu dalam perjalanan menuju surga..”

…. hanya saja lupa tahun dan kemana saya ditandu mereka…sepanjang perjalanan Dion bilang…begini rasanya menandu Bu Dirman he he (mbayangkan menandu jendral Soedirman).

Marisa Moeliono – Bandung 6

” … Sekali lagi terima kasih untuk perhatian dan doa yang tulus untuk adik kami Dion”

Saya bersyukur penderitaan Dion saat sakit di akhir hayatnya tidak terlalu lama. Dion yang saya kenal: sejak kecil tidak pernah membahasakan kesulitannya, tapi menjalaninya dengan tabah, tekun dan teguh. Dion yang tidak pernah menunjukkan kebanggaan atau kegembiraannya dengan kata kata sifat, tapi hanya dengan tersenyum menyebut fakta fakta…. Dion ‘bersembunyi’ di Gambung, sambil menjalani kehidupannya sebagai pengayom petani, ia dengar dan lihat kebutuhan tetangga2nya, lalu lakukan semampu tenaga dan koceknya: seperti cerita yang saya baru dengar kemarin dari seorang ibu saat pemakaman, pak Dion yang bikin disini terang ada listrik dia membeli tiang listrik, jadi terang di malam hari, baru dalam hitungan tahun, masyarakat bersama sama mencicil uang yang pak Dion keluarkan, karena masyarakat juga tahu Dion tidak punya banyak yang seperti mereka…

Dion saya jemput karena warga tahu Dion sakit parah tapi tidak bilang ke kami, Hb 2, tensi 35, tidak pingsan hanya lemah, sadar penuh saat saya ngobrol di mobil menuju RS 1,5 bulan lalu…. dia hanya senyum ketika saya tanya apa tang ia rasa… Tidak menolak perawatan… Hanya diam dan senyum lalu memejamkan matanya….

Dion sayang betul dengan Qodar dan anaknya Salsa Dhika yg pandai menggambar…Dia membela keluarganya dan mau pulang di ke Gambung menemani keluarganya… Saya jemput dari Gambung dan dia pulang diantar keluarga dan sahabat2nya yang mengasihi dia…

Sekali lagi terima kasih dan mohon dimaafkan untuk kesalahan2 nya… Tuhan membalas semua kebaikan teman teman semua…

Salam, marisa dan keluarga Dion
… ”

 

Ienjo

Mengenang sahabat yang luar biasa baik – Ienjo

 

Ustad Endang Saepudin
Pertama kenal sama almarhum pak Dion tahun 2003 waktu saya masuk ke Bukit Organik. Menurut hemat saya, Pak Dion itu orangnya perhatian sekali dan memberi ilmu pertanian, sampai akhirnya saya di kenalkan dengan koperasi Melania, dan saya menjadi anggotanya.
Pak Dion itu juga mengenalkan saya dengan Keuskupan Bandung, sehingga saya bisa mengelola lahan milik keuskupan tersebut dan beliau membantu mencarikan pasar;
sampai-sampai ketika ada permasalahan pasar juga, beliau mencarikan solusinya,
segitu besarnya perhatian pak Dion, bahkan setiap satu minggu sekali mendatangi saya ke rumah,
menanyakan ada masalah engga nya tentang produksi dan pasar; dan 3 hari sebelum meninggal, beliau datang ke rumah saya, menanyakan perencanaan apa saja yang akan di kerjakan untuk laporan di rapat keuskupan.
SEKARANG SAYA KEHILANGAN.
tapi saya sadar, bahwa ada pertemuan ada perpisahan.
SELAMAT JALAN PAK, semoga amal baktimu diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan semoga kealpaan dan kehilafan di maafkan dan di tempatkan dalam keridhoanNya
AMIN.

Agus Moeliono

Kami keluarga besar Moeliono Mengucapkan banyak terimakasih Atas Perhatian dan Doanya..Dion Berpulang dalam Damai…Dimandikan oleh tangan sahabat -sahabatnya…di usung oleh teman sepermainan Di Kepanduan..sampai.Tanah memeluk jasadnya..di pacul oleh tangan teman seperjuangan…
Dion Menatap kebawah dengan titik airmata kebahagiaan..terimakasih sahabat sahabatku..
Bendera regu kelinci..mengiringi perjalanan terakhirku…Kaos Pandu Adi Menemani nafas terakhirku…Kenangan asyiknya Petualangan 19 20 dan Persahabatan…Memeluk Batinku.

.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.-=o0o=-.

Nafasnya berat kadang badan nya kejang..saya hanya bisa menyentuh tangannya dan doa…tatapan saya hanya pada wajahnya dan gerakan dadanya…

Kata Pandu Adi naik turun di Dadanya…sampai bergerak perlahan..dan akhirnya tak ada gerakan…Senyum damainya yg menutup hidupnya..dengan kata Pandu Adi menemani nya..
Air mata Qodar dan Dhika membasahi kata Pandu Adi

Kenangan ini menyadarkan kita semua…Pengabdian untuk berbagai Perjuangan kita sbg Pandu

Barulah Sempurna Jika istri dan anak kita Merupakan Pengabdian Kita yang paling utama…

Dalam keadaan sakit pusing hebat..Dion memenuhi janjinya untk mengajak Dhika Berenang dan jalan2 ke kebun Gambung…Esok harinya…Daya tahan nya habis…sampai Dion Menutup mata…Tak ada kata perpisahan..untk istri dan anak…yang terasa Hanyalah Cintanya Yang Mengalir walau tanpa kata..Mata dan senyum nya bicara dan menyentuh amat dalam

Dion sbg Kakak dan adik begitulah adanya…dlm Bisu Dion Mengorbankan Banyak Hal untuk yang di cintainya

(360) view

Comments (1)

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.