Dismantling & Closing Seremony.

Hari ini hari terakhir di Perkemahan Sattahip, dari pagi kita disuruh untuk beresin area perkemahan sampai benar benar bersih dan mengembalikan semua peralatan & perlengkapan yang dipinjamkan oleh panitia. Dari Kwarnas kita mendapat instruksi untuk menyiapkan “Gear Bag” kita pada jam 8 malam dan akan mulai diangkut antara jam 8 sampai jam 10 malam. Jadi besok pagi jam 6 kita tinggal membawa “Day pack” yang berisikan pakaian dan barang barang yang perlu untuk 1 hari Tour di Bangkok. Sampai tengah hari kita sudah beresin semua tenda dan perlengkapan pribadi kita, kita tinggal bongkar gapura dan mengembalikan peralatan ke panitia.

Pada siang hari itu saya mendapat telepon dari ka Uben (Ka Kwarcab Bandung) yang datang pada hari itu, tapi tidak bisa masuk ke area perkemahan. Dia dan sekretaris Kwarcab (Ka Deden) datang sebagai visitor tidak resmi dan menggunakan jalur pribadi (tour) dan datang pada saat bukan waktu kunjungan (waktu kunjungan untuk Indonesia adalah kemarin). Jadi dia sekarang tertahan di gate 9 dan ingin sekali bertemu dengan kontingen dari Bandung. Kebetulan waktu petugas gate 9 mengontak ke Head Quarter Indonesia, andalan nasional disana tahu saya dan memberikan no telepon yang bisa menghubungi saya, sehingga ka Uben bisa berbicara langsung dengan saya. Saya jadi kasian juga sama dia, jauh jauh datang ke Bangkok tapi tidak bisa masuk apalagi bertemu dengan anggotanya. Setelah saya perhitungkan maka saya tanya apakah dia bersedia menunggu sekitar 1/2 jam dan saya akan menemui beliau. Dia sangat bergembira dan bersedia menunggu. Maka sayapun segera mengayuh sepeda saya ke gate 9. Setelah sampai di pintu gerbang gate 9 saya mohon ijin kepada petugas disana untuk keluar area, ternyata prosedurnya sangat mudah untuk peserta jambore. Walaupun saya pada saat itu berpakaian bebas (singlet tangan buntung) tapi saya lengkap menggunakan ID saya (ID Card, Scraf & gelang tangan), langsung saya diberi ijin.

Ditempat tunggu, saya temui mereka, mereka menunggu sudah cukup lama dan cukup kucel. Maklum perjalanan dari Bangkok ke Sattahip memakan waktu juga dan di Sattahip panas sekali, sedangkan ditempat tunggu itu tidak ada yang menjual minuman. Saya memang sudah menyiapkan 2 kalengan minuman dingin untuk mereka. Yach sebagai tata krama kalau kita menerima tamu. Tapi minuman kalengan (yang sudah tidak dingin lagi) itu sangat berarti sekali buat mereka yang kepanasan dan kehausan. Dengan gembira mereka menyambut saya. (Sampai sekarang kalau ketemu ka Kwarcab dia selalu ngomong soal itu) Setelah ngobrol sebentar dan berfoto, saya minta ijin untuk kembali ke areal perkemahan. Sebetulnya dia ingin bertemu dengan pembina dari SLTP 14 (Ka Budi) yang nota bene merupakan perwakilan resmi dari Kwarcab Bandung (Dibiayai oleh Kwartir karena juara LT). Saya jelaskan kepada beliau: “kalau kakak mau saya bisa usahakan mencari ka Budi di campnya, tapi dari sini ke tempat ka budi perlu waktu 1/2 jam, dan kalau ka Budi ada & mau, dia harus jalan kaki kesini sekitar 1 jam’an. Jadi kakak harus tunggu lagi sekitar 2 jam’an itupun kalau ka Budi sanggup.” Mendengar penjelasan saya, beliau “sangat sangat mengerti” dan tidak berani mengambil resiko yang tidak pasti itu. Tapi saya yakin sekali beliau sangat senang bertemu dengan saya, karena kalau kata orang sunda tea mah: “Aya tapakna”. Dan beliau bisa membuktikan/ mempertanggung jawabkan kalau sudah datang ke Sattahip dan saya sebagi saksinya. Pada kesempatan itu juga dia memberikan sovenir asal Jawa Barat berupa saputangan Batik untuk dibagikan kepada semua kontingen JaBar (untuk bisa ditukarkan dengan kontingen lain) dan saya kasih kenang kenangan Ring Kacu Resmi Jamboree (saya punya 2). Dan beliau minta dibelikan sovenir Jamboree sambil nitipkan uang sebanyak 1000 bath.

Langsung dari gate 9, saya meluncur ke World Jamboree Sovenir Shop, ditengah jalan saya potret dulu di reservoar untuk kenang kenangan (soalnya saya hampir tidak sempat foto fotoan, kameranya selalu dibawa tapi tidak selalu digunakan, Teu inget untuk mengambil gambar !). (Waktu tadi ketemu ka Kwarcab juga difoto bareng, tapi bukan pake kamera saya, dasar bukan foto grafer ulung !). (Tapi saya udah kirim 50 foto ke AJ ). Saya belum pernah ke Jamboree Shop ini, jadi tugas yang diberikan pada saya ini sepeerti mengingatkan saya untuk kesana. Sovenir yang dijual macam macam, yang belinya juga rame soalnya ini hari terakhir. Sistem jualnya pake katalog, setelah tahu apa yang mau dibeli langsung mengisi form pembelian, ngantri ke kassa, form dicap lunas & diberi struk pembayaran dan mengambil barang dengan menyerahkan copy form dan struknya. Harganya cukup mahal2 juga.
Disana saya ketemu dengan anak anak kita. “Lho, koq ada disini ?” ” Sudah beres kak! Tinggal sedikit lagi beresin perlengkapan pasukan “, katanya. Saya pesan supaya mereka segera kembali ke Sub Camp, dan menuntaskan pekerjaannya.

Dari Sovenir Shop saya mampir dulu ke Head Quarter sebelum ke Sub Camp D3- campnya ka Budi (SLTP 14), karena berdekatan sekali letaknya. Saya ingin tahu apa ada perkembangan baru atau tidak. Ternyata tidak ada berita baru, malah saya dititipi sovenir (berupa kaos dan bolpoint Indonesia) untuk dibagikan ke petugas Sub Camp D1,D3 & B3. Maka penuhlah keranjang sepeda saya dengan sovenir.Setelah menengok anak anak putri kita di D1, dan membagikan sovenir, juga ketemu ka Budi. Maka saya segera pulang ke SubCamp untuk mencek tugas yang harus dikerjakan anak anak.
Ternyata karena waktunya cukup panjang (dari pagi sampai sore) malah membuat anak anak santai santai saja, jadi waktu saya pulang masih belum beres juga. Akhirnya saya turun tangan dan anak anak jadi sibuk lagi. Sore semua perlengkapan sudah dikembalikan dan area sudah beres, tapi kita masih menyisakan 2 plastik besar untuk alas barang dan buat kita istirahat. Hanya tenda Pembina Gontor yg masih belum dibongkar, mungkin masih diperlukan.

Saya masih harus mengembalikan sepeda di belakang Sub Camp D1, untung waktu ditengah perjalan pulang saya bisa naik trem (yang sebenarnya khusus IST dan petugas), soalnya lumayan kalau jalan kaki terus bisa 1/2 jam’an.
Malampun tiba dan saya merasa cape sekali, akhirnya saya putuskan untuk tinggal di Camp, tidak ikut Closing Ceremony, dengan pemikiran sebelum barang dijemput saya bisa istirahat dan setelah barang diangkut saya bisa istirahat lagi.

Saya instruksikan anak anak untuk mengangkut semua gear bag ke jalan, sehingga pada waktu dijemput tidak susah/jauh menaikkannya. Ternyata rencana saya tidak berjalan dengan mulus. Pasalnya “semua” pada pergi ke Closing Ceremony, tinggal saya sendiri. Jadi mana bisa istirahat, karena harus menjaga/ mengawasi semua barang, apalagi sebagian sudah di jalan (anak Gontor beda angkutan, jadi barangnya tidak ditaruh dijalan, dan merekapun tidak ikut tour bersama kita, mereka pergi jam 4 pagi, sedangkan kita jam 6 pagi). Lewat dari jam 10 jemputan barang tidak datang datang, malah sebagian anak anak ada yang sudah pulang. Karena kesal menunggu, tidak bisa istirahat dan juga penasaran dengan acara Closing Ceremony maka setelah saya titip ke mereka soal jemputan barang itu, saya pergi ke Central Area untuk menyaksikan sisa dari acara Closing Ceremony. Sampai disana acara sudah selesai,tapi lumayan masih ada “kesan”.Sepanjang perjalanan ke sana saya bisa menyaksikan kembang api dan berfoto dengan orang yang pulang ke Campnya.Karena sudah tidak ada acara lagi maka saya kembali lagi ke Camp. Ternyata barang masih belum diangkut juga. Setelah jam 12 lebih tidak diangkut angkut, saya berinisiatif untuk mengecek ke Head Quarter Indonesia, ternyata disana sudah kosong, maka saya mengecek ke Camp Indonesia lainya. Ternyata merekapun belum diambil barangnya, dari informasi yang didapat ternyata ada masalah dengan kendaraan pengangkutnya. Jadi pengangkutan terlambat. Saya sedikit lega karena kekhawatiran utama saya, “hanya” pasukan saya yang tidak diangkut (terlewatkan).

Jam 2 malam angkutan baru datang. Tapi masih ada tugas tambahan buat saya yaitu kita harus punya surat pengembalian perlengkapan dari Sub Camp Officer, supaya kita bisa meninggalkan arena perkemahan. Maka langsung saya urus surat itu, setelah dapat saya pikir saya bisa tidur barang sejenak. Baru merebahkan tubuh, anak anak Gontor ribut membereskan barangnya, karena mereka mau berangkat. Mungkin karena cape dan baru enak tidur, mereka susah diatur, sehingga pembinanya marah marah dan ribut. Kita juga yang kena getahnya, jadi ngga bisa tidur soalnya ribut. Setelah anak Gontor pergi, suasana mendukung untuk tidur, maka saya coba untuk tidur, waktu itu hampir jam 4 pagi . Rasanya baru tidur, pembina Kaltim sudah membangunkan anak anak untuk bersiap siap pergi. Ala mak, baru 1/2 jam juga belum tidurnya. Yach sudah, dengan berat hati saya bangun. Tapi saya rada kesal/tidak setuju, karena jarak dari camp kita ke Gate 6 cuma 10 menitan, cuma untuk menjaga wibawa dia didepan anak anak saya tidak utarakan. Sebenarnya jam 5.30 juga cukup. Benar saja, kita menunggu sangat lama disana dan kita tidak bisa istirahat, karena tempat kita menunggu adalah dipintu gate 6 yang pada pagi itu sangat sibuk dengan banyak Kontingen lain yang juga akan pulang. Boro boro membaringkan tubuh, mau dudukpun susah. Belum lagi kekacauan waktu memasukkan barang ke bus, karena Kontingen Indonesia akan terbagi 2 rute, yang dari Jakarta akan City tour di Bangkok, yang dari Caltex ke Singapore, jadi barang tidak boleh salah masuk bus. Sedangkan semua barang disuruh diangkut ke bus, tanpa pengaturan yang jelas. Bayangkan, yang mengerti/mengurus hanya 2 orang, yang ngatur banyak orang, ngga ngerti lagi! Kan kacau! Yach mbo.. kalau bisa, ngga usah ikut ikutan ngatur! Itulah susahnya kalau para petinggi ikut campur dan informasi tidak sampai ke mereka. Yang kasian sih yang “rakyat jelata” seperti kita, disuruh kesana kesini (ngangkut barang) !

Saya sudah ngga kuat lagi, begitu tahu bus untuk kontingen Indonesia saya masuk dan tidur. Dibangunkan karena salah bus, tapi kondisi sudah mendingan karena bisa “tidur nyaman” dalam beberapa menit, saya pindah bus. Good Bye Sattahip !!

(243) view

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.